Bukan Pohon, Makhluk Inilah Penyumbang Oksigen Terbesar di Bumi

Saat di bangku sekolah, Anda pasti pernah mempelajari materi tentang  fotosintesis. Anda tahu bahwa tumbuhan mendapatkan makanannya melalui  fotosintesis.

Proses dari fotosintesis tersebut menghasilkan  oksigen. Oksigen itulah yang digunakan makhluk hidup yang ada di bumi  untuk bernafas.

Sejak saat itu, mungkin banyak dari kita yang semua percaya bahwa tanaman (pohon) adalah sumber oksigen yang paling penting atau terbesar di dunia.

Tak hanya itu, Anda pun pasti sering mendengar istilah “hutan adalah paru-paru dunia”. Namun, benarkah istilah itu?

Kenali Fitoplankton, Penyumbang Oksigen Terbesar di Bumi

Hutan  dengan beragam pepohonan menyerap karbondioksida dan menggantinya  dengan oksigen yang dibutuhkan oleh berbagai makhluk hidup di  sekitarnya.

Namun tahukah Anda, meski hutan dikatakan sebagai paru-paru dunia, pepohonan di hutan bukanlah sumber oksigen terbesar di bumi.

Kalau pepohonan dan tanaman bukan sebagai pemasok oksigen terbesar di bumi, lantas siapa?

Jawabannya  adalah fitoplankton. Sekitar 50 hingga 85 persen oksigen di bumi  dihasilkan oleh makhluk kecil di lautan ini. Sementara tanaman (pohon)  hanya mampu menyumbang oksigen sebesar 20 persen.

Para ilmuwan mengklasifikasikan plankton dalam berbagai kelompok,  berdasarkan ukuran, spesies, dan berapa lama mereka menghabiskan waktu  untuk berenang.

Kategori yang paling dasar adalah membagi plankton menjadi dua kelompok, yaitu fitoplankton (tumbuhan) dan zooplankton (hewan).

Fitoplankton adalah tanaman mikroskopis, tetapi mereka memainkan peran penting dalam jaringan makanan laut.

Seperti tanaman yang ada di darat, fitoplankton juga melakukan fotosintesis untuk mengubah sinar matahari menjadi energi, menyerap karbondioksida lalu mengubahnya menjadi oksigen.

Karena  mikroorganisme ini membutuhkan energi matahari, fitoplankton bisa  ditemukan di seluruh perairan yang memiliki kandungan garam mineral dan  sinar matahari yang cukup, seperti badan air tawar, pesisir pantai, dan  samudra.

Mikroorganismie ini tidak dapat bergerak bebas. Ia tidak bisa  berenang atau bergerak sendiri. Sebaliknya, fitoplankton bergerak  mengikuti ombak dan arus laut.

Ini yang menjadi alasan mengapa fitoplankton bisa menghasilkan oksigen lebih banyak daripada pohon adalah karena luas lautan.

Dilansir  dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia  (LIPI), habitat fitoplankton berada di perairan, mulai dari tropis  sampai kutub.

Perbandingan luas lautan dan daratan sekitar 70:30. Artinya, lautan mendominasi luas permukaan bumi sebesar 70 persen.

Dengan demikian, masuk akal bila fitoplankton dijadikan sebagai penyumbang oksigen terbesar di bumi.

Fitoplankton  memiliki ukuran yang sangat kecil, yakni berkisar 0,2 𝛍m sampai >  20 𝛍m (1 𝛍m = 0,001 mm), sehingga diperlukan alat seperti mikroskop  untuk melihatnya.

Meskipun ukurannya sangat kecil, fitoplankton  dalam jumlah besar di dalam air dapat mengubah air menjadi kehijauan  (efek klorofil).

Sebagian besar permukaan bumi terdiri dari air, oleh karena itu jumlah populasi fitoplankton cukup besar.

Meskipun  demikian, makhluk kecil ini sangat sensitif terhadap perubahan  lingkungannya, seperti perubahan suhu, tingkat pH, dan konsentrasi  nutrisi air.

Efek Merugikan dari Kerusakan Fitoplankton

Fitoplankton terkadang dapat tumbuh sangat cepat. Namun, pertumbuhan yang cepat ini memiliki potensi implikasi negatif.

Hal  itu karena fitoplankton akan menghasilkan banyak biomassa. Apabila  ketika siklus hidupnya berakhir, biomassanya itu akan membusuk di  perairan.

Sementara saat fitoplankton dalam jumlah yang banyak,  oksigen yang mereka hasilkan akan digunakan bakteria untuk merombak  biomassanya.

Ini akan yang akan menyebabkan perairan akan kekurangan oksigen atau yang disebut hipoksia.

Jika darurat hipoksia, akan menimbulkan masalah baru lagi, yakni terjadinya kehabisan oksigen atau anoksia di lautan.

Organisme yang hidup di perairan, baik di dasar maupun di perairan dalam tiba-tiba akan mengalami kematian.

Selain  itu, dampak yang terjadi akibat anoksia adalah penurunan kualitas badan  air tempat fitoplankton hidup yang akan memicu munculnya spesies  fitoplankton yang berbahaya.

Cara Menjaga Keseimbangan Fitoplankton

Pusat Penelitian  Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Arief Rachman,  memaparkan ada berbagai tips yang bisa dilakukan untuk menjaga habitat  fitoplankton yang ada di perairan akan tetap terjaga, di antaranya:

1. Kurangi jumlah pencemaran Nitrogen dan Fosfat

Kandungan nitrogen dan fosfat yang sering terdapat di dalam perairan akibat limbah pertanian dan perkotaan sering kali tidak diolah terlebih dahulu dan langsung dibuang ke perairan.

Apabila limbah tersebut masuk ke dalam perairan akan memicu pertumbuhan fitoplankton semakin pesat.

Dalam  kondisi ini, jika yang berkembang pesat adalah jenis fitoplankton yang  bersifat “merugikan”, maka akan menimbulkan efek berantai.

2. Kurangi aktivitas perikanan yang berlebihan

Aktivitas  perikanan yang berlebihan, seperti penangkapan ikan yang berlebihan juga  dapat menyebabkan degradasi ekosistem perairan yang ditempati  fitoplankton.

Fitoplankton sebagai produsen utama rantai makanan.

Jika  ikan yang merupakan spesies yang biasa memakan fitoplankton ditangkap  dalam jumlah yang besar, otomatis akan membuat rantai makanan  fitoplankton sulit dikendalikan karena organisme ini akan terus tumbuh  dengan cepat.