Bprmuliatama – Meskipun konsep energi baru terbarukan (EBT) semakin banyak dibicarakan dan diaplikasikan dalam berbagai sektor, penerapannya masih terasa asing bagi sebagian besar nelayan di Indonesia. Padahal, EBT memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menurunkan biaya produksi bagi para nelayan. Namun, ada sejumlah faktor yang menyebabkan rendahnya adopsi teknologi ini di kalangan nelayan. Salah satu penyebab utama adalah minimnya sosialisasi dan edukasi tentang EBT di komunitas nelayan. Banyak nelayan yang masih kurang memahami manfaat dan cara kerja EBT, sehingga mereka cenderung ragu atau bahkan enggan untuk mencoba teknologi baru ini. Hal ini diperparah dengan keterbatasan akses informasi dan dukungan teknis yang dapat membantu nelayan memahami dan mengaplikasikan teknologi EBT dalam kegiatan mereka sehari-hari.
Kurangnya Infrastruktur dan Dukungan Teknis
Dilaporkan oleh Chiboust elain pemahaman yang terbatas, kurangnya infrastruktur pendukung juga menjadi kendala besar dalam adopsi EBT oleh nelayan. Banyak daerah pesisir yang masih belum memiliki akses ke sumber energi terbarukan, seperti panel surya atau turbin angin, yang dapat digunakan untuk menggerakkan perahu atau alat tangkap ikan. Infrastruktur yang tersedia juga sering kali belum optimal, sehingga nelayan lebih memilih menggunakan bahan bakar konvensional yang sudah mereka kenal. Dukungan teknis juga sangat diperlukan untuk membantu nelayan beralih ke EBT. Sayangnya, program pelatihan dan bimbingan teknis yang tersedia masih sangat terbatas. Kebanyakan nelayan tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang cara penggunaan EBT. Tanpa dukungan ini, nelayan akan sulit untuk memanfaatkan teknologi baru yang sebenarnya bisa sangat menguntungkan bagi mereka.
Potensi EBT untuk Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan
Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, potensi EBT untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan tidak bisa diabaikan. Dengan penggunaan EBT, nelayan bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya cenderung fluktuatif dan sering kali menjadi beban bagi pengeluaran mereka. EBT, seperti energi surya, dapat menyediakan sumber energi yang lebih stabil dan ramah lingkungan, yang pada akhirnya bisa menekan biaya operasional nelayan. Selain itu, adopsi EBT juga bisa membantu nelayan untuk menjadi lebih mandiri secara energi, sehingga mereka tidak perlu bergantung pada suplai bahan bakar dari darat yang terkadang sulit diakses. Ini akan sangat bermanfaat bagi nelayan yang beroperasi di daerah terpencil atau yang sering kali harus menghadapi cuaca buruk yang menghambat pengiriman bahan bakar. Untuk mendorong adopsi EBT di kalangan nelayan, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam menyediakan infrastruktur dan dukungan teknis yang diperlukan, sementara lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta dapat membantu dalam penyuluhan dan pelatihan kepada nelayan. Dengan kerja sama yang baik, adopsi EBT di kalangan nelayan bisa meningkat, sehingga mereka dapat menikmati manfaat ekonomi dan lingkungan yang lebih besar.